
Samarinda – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Salehuddin, menyoroti dampak negatif dari pergantian kurikulum yang sering terjadi di Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Ia menilai, perubahan kurikulum yang terlalu cepat justru menghambat peningkatan kualitas pendidikan.
“Selama beberapa dekade terakhir, kita seringkali melihat pergantian kurikulum yang begitu cepat. Hal ini membuat guru dan siswa kesulitan beradaptasi, sehingga kualitas pendidikan menjadi terganggu,” ujar Salehuddin.
Penurunan kualitas pendidikan tampak mencolok beberapa tahun terakhir, sejak diterapkannya kurikulum baru, Kurikulum Merdeka. Tingkat akademik anak-anak semakin menurun, masih banyak yang belum memahami pengetahuan umum, bahkan masih banyak yang belum bisa membaca di kelas 6 SD. Selain itu, masalah moral dan etika anak-anak ikut jadi keluhan.
“Guru perlu dipersiapkan dengan baik agar mampu memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan. Perubahan kurikulum yang terlalu sering berisiko merugikan kualitas pendidikan di Indonesia,” katanya.
Salehuddin menyinggung adanya rencana evaluasi terhadap Kurikulum Merdeka yang baru saja diterapkan. Menurutnya, evaluasi memang perlu dilakukan, namun tidak perlu langsung mengganti seluruh kurikulum.
“Jika ada hal yang perlu diperbaiki, itu wajar. Tapi mengganti kurikulum secara total di tengah proses adaptasi hanya akan memperburuk ketidakstabilan sistem pendidikan kita,” katanya
Salehuddin berharap pemerintah dapat lebih dahulu melakukan evaluasi secara keseluruhan untuk dapat melihat akar permasalahannya. Kemudian secara konsisten menerapkan kebijakan pendidikan agar tidak membingungkan siswa dan guru.
“Jangan sampai setiap pergantian kepemimpinan selalu diikuti dengan pergantian kurikulum,” pungkasnya. (ADV)