Darlis Pattalongi: Pembentukan Karakter Generasi Muda Harus Dimulai dengan Budaya Lokal

Samarinda – Pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dianggap sangat penting oleh Darlis Pattalongi, anggota DPRD Kalimantan Timur, untuk memperkuat karakter generasi penerus. Ia menyatakan bahwa pendidikan dasar harus lebih menekankan pada pembentukan karakter yang berbasis pada warisan budaya setempat, agar anak-anak muda bisa tumbuh dengan identitas yang kuat dan rasa bangga terhadap budaya mereka.

Menurut Darlis, Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya perlu menyesuaikan kurikulumnya dengan nilai-nilai lokal. Hal ini akan membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas dalam hal akademis, tetapi juga memiliki rasa hormat dan kecintaan terhadap kebudayaan mereka sendiri.

“Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang harus dihargai dan menjadi dasar dalam pendidikan. Pendidikan yang mengabaikan budaya lokal bisa berisiko menghilangkan identitas bangsa,” ujarnya.

Darlis juga menekankan bahwa pendidikan dasar tidak seharusnya hanya berfokus pada pencapaian akademis, melainkan juga pada penguatan karakter siswa. Dengan memperkenalkan budaya lokal sejak dini, siswa akan lebih memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap warisan budaya mereka.

“Budaya lokal harus menjadi bagian dari kurikulum yang tidak hanya memprioritaskan matematika atau bahasa, tetapi juga pembentukan etika dan karakter yang kokoh,” tegasnya.

Selain itu, Darlis juga mengkritik pengadopsian model pendidikan luar negeri, yang menurutnya sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Ia menyebutkan bahwa sistem pendidikan di negara seperti Cina atau Jepang belum tentu cocok dengan konteks budaya Indonesia yang sangat beragam.

“Kita harus bijak dalam menyesuaikan pendidikan dengan konteks kita sendiri, bukan hanya meniru model dari luar yang belum tentu efektif di sini,” tambahnya.

Untuk itu, Darlis mengusulkan agar kurikulum pendidikan di Kalimantan Timur, khususnya, mencerminkan nilai-nilai lokal dan melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan. Ia percaya bahwa melalui pendidikan, masyarakat bisa lebih menghargai dan melestarikan budaya serta norma yang telah ada sejak lama.

“Kurikulum harus mencerminkan keanekaragaman budaya kita. Dengan cara ini, kita dapat mempertahankan etika dan norma yang ada, serta menjaga identitas bangsa,” ungkapnya.

Dengan adanya pembaruan kurikulum yang berbasis budaya lokal, Darlis berharap pendidikan di Kalimantan Timur dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga berbudi pekerti luhur.

“Kami ingin agar generasi muda Indonesia tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudi pekerti dan memiliki kebanggaan terhadap warisan budaya bangsa,” tutup Darlis. (ADV)