
Samarinda – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, seorang dokter spesialis kandungan yang terjun ke politik, menekankan pentingnya pencegahan stunting sejak dini. Menurutnya, penanganan stunting tidak cukup hanya dilakukan setelah anak lahir, melainkan jauh sebelum itu, bahkan sebelum seorang wanita hamil.
“Kalau bicara stunting tidak bisa hanya diatasi dengan pemberian makanan bergizi di usia sekolah. Tapi penanganannya sebelum ibu mengalami kehamilan,” tegas Andi Satya.
Angka stunting di Kaltim berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) sempat tercatat sebesar 22,9 persen pada tahun 2023, angka tersebut memperlihatkan penurunan sebesar 1 persen dari tahun 2022, yang ada di angka 23,9 persen.
Lalu jika melihat dari data e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Kaltim berhasil menekan angka stunting hingga 18,3 persen per Desember 2023 dan 14,5 persen per Juni 2024.
Meski catatan angka stunting di Kaltim menunjukkan progres baik yang terus menurun, namun Pemprov Kaltim tetap harus menaruh perhatian yang besar pada stunting. Utamanya pada para perempuan yang akan mengalami kehamilan.
Andi menjelaskan bahwa stunting adalah masalah kompleks yang akarnya terletak pada gizi buruk yang dialami ibu selama kehamilan dan bahkan sebelum hamil. Lingkungan yang sehat, bebas dari polusi dan asap rokok, juga sangat penting untuk mendukung pertumbuhan janin yang optimal.
“Banyak yang beranggapan kalau stunting hanya bisa diatasi dengan memberi makanan bergizi lalu bayi akan tumbuh besar, padahal stunting sudah terjadi saat kehamilan. Jauh sebelum itu,” ungkapnya.
Andi menyarankan agar upaya pencegahan stunting lebih difokuskan pada peningkatan gizi ibu hamil melalui posyandu. “Lebih krusial pemberian makanan tambahan dan bergizi pada ibu hamil melalui posyandu, itu jauh lebih baik, dibandingkan pemberian makanan bergizi saat dia tumbuh, meski itu juga penting,” pungkasnya. (ADV)