
Samarinda – Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang telah berjalan beberapa tahun terakhir menuai beragam tanggapan. Sejumlah pihak menilai penerapan Kurikulum Merdeka Belajar tidak cocok dan tidak efektif bagi kegiatan belajar mengajar di Indonesia dengan sejumlah permasalahan yang belum rampung. Utamanya belum meratanya sarana prasarana dan kualitas pendidikan di setiap daerah.
Sehingga beberapa tahun terakhir, kualitas pendidikan dinilai menurun diakibatkan dengan terlalu merdekanya proses belajar mengajar. Sebab tidak semua pengajar dan siswa memiliki perspektif yang sama terhadap idealnya proses belajar melalui Kurikulum Merdeka Belajar.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, sempat menyebut ingin mengevaluasi Kurikulum Merdeka. Evaluasi menyeluruh meninjau sejauh mana efektivitas Kurikulum Merdeka dalam peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.
Anggota DPRD Kalimantan Timur, Muhammad Darlis, mendukung adanya evaluasi tersebut. Sebab pergantian kurikulum yang terjadi setiap ganti menteri sebelumnya pun menyulitkan pengajar dan siswa.
“Begini, jangan anak-anak kita terlalu dirumitkan dengan begitu banyak kurikulum yang atas nama wawasan nasional, wawasan ke-internasional-an, yang mengikuti tren pendidikan dunia barat. tetapi kita lupa bahwa ada nilai-nilai tertentu yang harusnya kita tetap pertahankan,” tegas Darlis.
Salah satu masalah yang disorotinya adalah adanya penurunan kemampuan dasar siswa, seperti kesulitan membaca dan berhitung. Selain itu, Darlis juga prihatin dengan kurangnya pemahaman siswa terhadap struktur negara dan nilai-nilai kebangsaan.
“Darlis prihatin ada anak-anak yang tidak mengerti apa itu MPR, DPR, dan lainnya. Menurutnya itu merupakan cermin dari kurikulum pendidikan yang ada saat ini yang sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Darlis berpendapat bahwa kurikulum yang terlalu sering berganti justru dapat membingungkan siswa dan guru. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan dengan penguatan nilai-nilai kebangsaan.
“Kita harus menjadikan pelajaran bahwa ada hal, ada prinsip yang harus kita koreksi terhadap proses pengajaran di negara kita. Termasuk dorongan terus sekolah-sekolah untuk penguatan wawasan kebangsaan kepada para siswa,” pungkas Darlis.
(ADV)